1. Jack Thompson
Pengacara yang satu ini sangat terkenal sebagai salah seorang penentang keberadaan video game. Bukan satu atau dua kali saja ia berusaha menggugat produsen game, tapi sudah puluhan kali, dan lucunya selalu kalah!
Pak Thompson adalah salah satu “vokalis” yang kerap kali mengkambing hitamkan video game sebagai media yang mengajarkan anak-anak dan remaja akan segala yang berhubungan dengan kekerasan, pornografi, dan tindak kriminal lain. Salah satu langganan tarungnya adalah Rockstar Games, produsen serial aksi Grand Theft Auto.
Yang menjadi pertanyaan; bagaimana dengan televisi, film, dan elemen lainnya? Mengapa Pak Thompson begitu keras menuding video game dan mengesampingkan hal-hal itu, sementara dia sendiri hobby main WWF Smackdown? Wah!
2. Fanboy
Ini bukanlah nama orang, melainkan istilah yang biasa digunakan untuk menyebut seorang atau sekelompok orang yang fanatik terhadap salah satu aspek video game, misalnya Sony fanboy, Nintendo fanboy, Zelda fanboy, dan lain sebagainya.
Nah, para fanboy ini biasanya terlalu fanatik terhadap apa yang disukainya, sehinnga tak mau menerima kritik atau saran, lebih-lebih bila apa yang disukainya dijelek-jelekkan. Mereka juga cenderung mengagung-agungkan apa yang dicintainya secara berlebihan, sehingga melupakan segi kekurangan dan kelemahannya.
3. Pemborong Curang
Yang dimaksud pemborong disini adalah mereka yang membeli habis-habisan konsol atau game, sehingga pembeli lain tidak kebagian. Parahnya, sang pemborong akan menjual balik barang yang dibelinya dengan harga jauh lebih mahal, karena tahu barang tersebut akan tetap laku terjual.
Biasanya pemborong macam ini sangat jeli membaca keadaan, dimana mereka akan memburu produk-produk, dalam hal ini yang berhubungan dengan game, yang diduga akan laku keras di pasaran.
4. Pembajak
Kalau yang satu ini mungkin tidak dibenci para gamer, tapi menjadi musuh bebuyutan produsen game. Kenapa? Jelas sekali! Pembajak dapat menggandakan game atau konsol, untuk kemudian dijual dengan harga lebih murah, tentu saja dengan mutu yang jauh lebih rendah. Akibatnya, produsen game atau konsol tidak memperoleh keuntungan yang optimal, dan konsumen yang “peduli” dengan kualitas pun tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka peroleh.
5. Superman 64
Anda pecinta Superman dan pernah punya konsol Nintendo 64? Kalau begitu Anda mungkin salah satu dari jutaan orang yang mengangguk setuju bahwa game yang dibuat untuk mengenang pahlawan kesayangan Anda, Superman, adalah salah satu game terburuk yang pernah dibuat.
Separah apakah gamenya? Semuanya mengecewakan, mulai dari gambar, gameplay, suara, dan seluruh aspek yang ada dalam game. Pernyataan ini penulis ambil dari puluhan review yang penulis baca di www.gamefaqs.com, dan berdasar pada pengalaman pribadi penulis. Mungkin ada baiknya kalau perusahaan pembuatnya — yang sudah bangkrut — mengganti judul gamenya dengan Suparman 64!
6. Shaq-Fu
Masih ingat Shaquille O’Neal, salah satu jago basket yang cukup ngetop saat berlaga di arena NBA era 90-an? Saking ngetopnya, nama Shaquille O’Neal bisa dijumpai di hampir semua produk. Sayangnya, popularitas itu tidak berlanjut ketika ia merilis game tarung berjudul Shaq-Fu.
Shaq-Fu sendiri adalah game tarung satu lawan satu, mirip Tekken, Street Fighter, atau Mortal Kombat. Namun, kontrol yang luar biasa susah, ditambah alur cerita yang luar biasa aneh (tidak ada sangkut pautnya dengan basket) menjadikan game ini kurang diminati para gamer.
7. Game Zelda Buatan Philips
Nama Legend of Zelda sudah cukup populer sebagai salah satu ujung tombak Nintendo dalam meraih kesuksesannya. Namun, tidak saat perusahaan ini bekerjasama dengan Philips (1990), dan memberi izin kepada Philips untuk merilis trilogi Legend of Zelda untuk konsol berbasis CD-ROM yang digelontorkan Philips, CD-I.
Ada dua alasan mengapa gamer cukup pintar untuk menjauhi game ini. Pertama, karena trilogi Legend of Zelda CD-I adalah salah satu dari game yang masuk kategori game terburuk. Yang kedua, karena tampilan Link (karakter utama dari game ini) yang lebih mirip seorang gadis (gambar karakternya begitu hancur sampai-sampai karakter link terlihat seperti wanita).
8. Yaris
Siapa yang tak mau mobil Yaris keluaran Toyota? Sayangnya, gamer malah membenci Yaris! Bukan mobilnya, tapi gamenya yang dirilis untuk Xbox 360 yang dapat di-download secara cuma-cuma melalui layanan Xbox Live.
Dalam game ini, pemain harus mengendalikan sebuah mobil Yaris. Tapi, jangan pernah membayangkan aksi kebut-kebutan di arena balap atau jalan raya, karena yang ada hanyalah lintasan berbentuk tube yang penuh dengan MP3 player dan pesumo yang mengendarai motor. Hebatnya, Yaris Anda juga dilengkapi dengan tentakel-tentakel yang dapat menembakkan laser!
Matt, salah seorang teknisi game yang juga penyiar radio game di www.orangeloungeradio.com menyebut game ini sebagai penghinaan terbesar dalam dunia game. Menurut dia, Toyota seharusnya meminta sebuah pengembang game untuk mengerjakan game yang juga menjadi promosi Yaris tersebut, sehingga hasilnya tidak sehancur sekarang. “Biarpun gratis, game ini tidak layak di-download,” komentarnya.
9. Kane and Lynch
Game ini sempat menghebohkan dunia jurnalistik video game pada akhir 2007 lalu. Pengembangnya kehilangan simpati dari gamer. Bukan karena gamenya jelek, tapi karena game ini telah membuat Jeff Gerstmann, salah seorang senior jurnalis video game dari GameSpot kehilangan pekerjaannya. Kok bisa?
Ternyata, pengembang Kane and Lynch telah membiayai aktivitas GameSpot untuk beberapa bulan dengan memasang puluhan iklan Kane and Lynch di hampir seluruh halaman situs. Ketika gamenya dirilis, Jeff Gerstmann kebagian tugas me-review game tersebut, dan ia memberi skor 6 dari 10, yang berarti game ini punya mutu sedang.
Sayangnya, uang yang banyak berarti tuntutan untuk memberi skor tinggi. Nilai 6 — yang untuk kebanyakan orang merupakan nilai standar baik sekelas B — ternyata bukan yang dimau pengembang Kane and Lynch, karena mereka menargetkan angka 9 untuk skor reviewnya. Nah, bagaimana ini? Ternyata dalam dunia video game pun penilaian bisa dibeli!
10. Duke Nukem Forever
Buat yang gemar main game tembak-tembakan di PC (era 90-an) pasti kenal Duke Nukem 3D. Game tersebut adalah salah satu yang mempelopori aksi 3D di PC. Berkat kesuksesannya, pengembang game tersebut menjanjikan akan merilis sekuelnya, Duke Nukem Forever.
Sekarang penulis tanya; berapa lama biasanya Anda menantikan sekuel alias lanjutan sebuah game yang Anda sukai? 1 tahun? 2 tahun? Jangan kaget kalau mengetahui pembuatan Duke Nukem Forever ternyata telah makan waktu 11 tahun (dimulai 1997)! Umumnya, sebuah sekuel paling lambat dirilis saat pergantian generasi konsol, yang paling lama memakan waktu 1 atau 2 tahun. 3 tahun pun masih wajar, selama sekuel yang dijanjikan betul-betul berkualitas. Tapi 11 tahun? Duke Nukem Forever, you must wait forever!
11. Kematian DreamCast
Sega, salah satu mantan produsen konsol yang pernah berjaya pada era 16-bit (90-an) merilis konsol terbaik dan terakhirnya, Sega DreamCast tahun 1999. Selain memiliki spesifikasi terbaik saat itu, DreamCast adalah konsol pertama yang memperkenalkan modern online gaming console, di mana pemain dapat menikmati fasilitas game online senyaman ketika online dengan PC.
Sayangnya, usia DreamCast tidak lama, hanya 2 tahun. Hal ini karena reaksi publik yang terlanjur kecewa dengan produk gagal Sega sebelumnya, Sega CD, 32X, dan Saturn. Sangat disayangkan, padahal konsol dan koleksi gamenya cukup imbang bersaing dengan yang dipunyai PS2, rival terberatnya.
12. Red Rings of Death: Tanda Sekarat Xbox 360!
Bagi pemilik Xbox 360 mungkin sudah tak asing lagi dengan istilah ini. Red Rings of Death adalah keadaan dimana Xbox 360 berada dalam kondisi “sekarat”, yang ditandai dengan sinar merah yang memancar dari konsol. Hal ini — yang biasanya disebabkan oleh overheat — tak hanya terjadi pada konsol lama, tapi juga yang baru! Tak heran kalau konsumen terbanyaknya, di Amerika, menjadikan Red Rings of Death sebagai “momok” yang sangat menakutkan.
Masalah ini begitu serius dan mengundang protes para gamer, hingga Microsoft selaku produsennya memberikan perpanjangan garansi untuk Xbox 360, dari yang sebelumnya setahun menjadi tiga tahun.
Jadi, kalau tak ingin Xbox 360 menemui ajalnya, segera kirim ke rumah sakit khusus Xbox 360, Microsoft!
13. ESRB
ESRB (Entertainment Software Rating Board) adalah suatu sistem ukuran yang digunakan untuk menilai apakah sebuah game layak digelontorkan ke publik atau tidak. Contoh penilaian berdasarkan standar ini adalah M (Mature = game berlabel ini hanya boleh dimainkan orang dewasa, sedikitnya di atas 17 tahun), E (Everyone = game berlabel ini bebas dimainkan siapa saja), atau AO (Adult Only = game yang kemungkinan tidak diijinkan untuk dirilis).
Sistem semacam ini memang bagus diterapkan untuk mensortir game yang beredar, sayangnya mereka yang tergabung dalam ESRB biasanya bukan dari kalangan gamer, dan hanya menilai berdasarkan trailer atau demo dari sebuah game. Tak jarang mereka mengambil keputusan tanpa memainkan game itu sama sekali, hanya karena judulnya sudah dianggap sadis (Contoh = Man Hunt).